Welcome

Selamat Datang di Blog Saya...

Disini Kalian Akan Dapat Informasi yang Asik-Asik dan Bermanfaat Untuk Pengunjung Blog Ini

Klo Punya Kritik Dan Saran Mengenai Blog Ini, Ajukan Ke

Twitter : @AliefJH14
Email : andialiefnugraha@live.com , dan andialiefnugraha@gmail.com

Asikin Aja Blog Ini Okey !!
Powered By Blogger

Jumat, 04 Maret 2011

7 Alasan Pemerintah Agar Tidak Takut Sanksi FIFA

Pemerintah dinilai tak perlu ragu atas rencana mereformasi dan merestrukturisasi kelembagaan PSSI.

Pemerintah juga didesak tak perlu cemas akan ancaman sanksi dari FIFA terkait bentuk intervensi yang dilakukan atas nama perbaikan sepakbola negeri ini di masa depan.

Save Our Soccer (SOS) dalam pernyataan persnya meminta
pemerintah mengambil alih PSSI demi menyelamatkan dan sekaligus membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik.

SOS menilai, di bawah kepemimpinan Nurdin Halid, PSSI telah gagal dalam membangun sepak bola.

Demikian rilis SOS seperti yang dikirimkan oleh seorang anggotanya, Emerson Yuntho, Minggu (27/2/2011). SOS meminta pemerintah seharusnya bergerak cepat menyelamatkan sepak bola Indonesia.

Dalam pernyataan persnya, SOS memaparkan tujuh alasan kenapa pemerintah harus ambil alih PSSI. Berikut ketujuh alasan tersebut:

1. PSSI dibiayai oleh APBN yang tidak lain adalah uang rakyat sehingga dalam proses kegiatannya harus sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat. Bukan keinginan sekelompok atau segolongan orang. Posisi tuntutan dan harapan masyarakat saat ini adalah ambil alih PSSI.

2. PSSI telah gagal dalam membangun sepak bola Indonesia yang lebih berprestasi. Dalam tujuh tahun kepemimpinan Nurdin Halid (NH) di PSSI, sepak bola Indonesia belum pernah juara dalam level regional maupun internasional. Liga sepak bola Indonesia juga tidak lepas dari praktik suap dan persaingan beberapa kelompok kepentingan, bukan murni untuk sepak bola yang fair play.

3. Adanya dugaan korupsi di PSSI. Hal ini terlihat dari pengelolaan keuangan baik tiket Piala AFF 2010 ataupun dana dari APBN yang tidak transparan dan akuntable. Selain itu, Ketua Umum PSSI pernah menjadi terpidana kasus korupsi dan sekarang tersangkut dua kasus yang masih dalam pemeriksaan KPK dan Kejaksaan terkait dugaan kasus korupsi cek pelawat dan korupsi APBD di Samarinda.

4. PSSI telah dipolitisasi. Hal ini terkait dengan adanya beberapa pengurus PSSI yang menggunakan sepak bola Indonesia untuk kepentingan partai politik saat Piala AFF berlangsung.

5. PSSI telah berupaya mengambil alih fungsi pemerintah. Di antaranya rencana mendeportasi pemain, pelatih, dan wasit asing yang merumput untuk Liga Primer Indonesia. Hal ini melangkahi fungsi-fungsi negara, di antaranya bagian imigrasi dan diduga juga melanggar HAM.

6. PSSI tidak demokratis dan cenderung oligharki. Hal ini terlihat dari adanya rekayasa dalam pemilihan ketua PSSI dan usaha untuk mempertahankan rezim NH selama 8 tahun. Kesetaraan dan partisipasi masyarakat dalam membangun sepak bola Indonesia ditutup rapat dan cenderung dibatasi.

7. PSSI merekayasa statuta dan bertentangan dengan FIFA. Beberapa pasal dalam Statuta FIFA dengan sengaja direkayasa untuk kepentingan NH dalam pencalonan diri dan melanggengkan rezim. Di antaranya terkait dengan syarat bahwa mantan narapidana tidak boleh menjadi ketua umum induk organisasi sepak bola Indonesia.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Save Our Soccer meminta pemerintah atau Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora), Andi Mallarangeng, mengambil alih PSSI dari tangan-tangan yang menginginkan status quo.

"Langkah ini harus dilakukan dengan cara, yakni segera membentuk tim seleksi independen untuk pemilihan ketua umum PSSI seiring dengan berakhirnya kepengurusan PSSI dan menggelar kongres PSSI secara transparan dan akuntabel," ungkap SOS.

SOS juga menilai, dalam kondisi khusus, pemerintah dapat melakukan "pembekuan" terhadap PSSI hingga kepengurusan pada periode ini berakhir termasuk tidak memberikan izin pertandingan yang diselenggarakan oleh PSSI di bawah Nurdin Halid dan Kongres PSSI yang direkayasa hanya untuk melanggengkan sastus quo.

"Pemerintah jangan takut terhadap ancaman sanksi FIFA, dalam rangka upaya penyelamatan terhadap sepak bola Indonesia dan PSSI. Sanksi dari FIFA justru menjadi fase untuk memperbaiki kepengurusan PSSI, pembinaan usia muda, dan kompetisi di tingkat nasional. Mundur selangkah untuk maju seribu langkah," tegas SOS.

Fakta - Fakta Menarik Twitter di Indonesia

Indonesia terkenal sebagai salah satu pengguna Twitter terbanyak di seluruh dunia. Tidak hanya itu, pengguna Twitter di Indonesia juga terkenal paling aktif membuat Tweets. Beberapa kali Tweets dari Indonesia berhasil menjadi trending topics. Tapi tahukah bahwa ada beberapa fakta menarik seputar Twitter di Indonesia? Berikut di antaranya hasil dari survey salingsilang.com per januari 2011 :



-Twitter baru booming di Indonesia setelah 4 tahun twitter hadir. Twitter pertama kali ada pada tahun 2006.

-Indonesia menyumbang 15 % dari total seluruh tweets di seluruh dunia. Di bawah brazil (27%) dan Amerika (25 %). Dan diatas Inggris (7%) dan Belanda (4%)
Pada bulan Januari ada 22.707.725 tweets dari Indonesia. Dan ada 4.883.228 akun Twitter dari Indonesia

-Jumlah tweets dari Indonesia paling banyak terjadi pada jam 18.00 – 22.00. Yaitu ada sekitar 1.400.000 – 1.600.000 tweets.

-Hari paling banyak jumlah tweets yaitu Kamis, yaitu ada sekitar 4 juta tweets atau rata-rata 5,94 tweets per akun.

-Pada weekend jumlah tweets juga banyak, yaitu ada 3.500.000 tweets atau rata-rata 5,59 tweets per akun.

-Dari keseluruhan tweets terdiri dari 53% retweet dan 47 % tweet

-10 besar kota dengan tweets terbanyak (presentasi0 : Jakarta (16,33 %), Bandung (13,79%), Yogyakarta (11.05 %), Semarang (8,92 %), Surabaya (8,21 %), Malang (7,41 %), Medan (7,25 %), Bali (6,01 %), Riau (4,66 %) dan Palembang (3,62 %).

-Trending topics yang paling sering terjadi yaitu membahas seputar sepak bola : 20,15 %

-Dari seluruh pengguna twitter di Indonesia, 43% menggunakan aplikasi UberTwitter (UberSOcial), 16 % API, dan 11% menggunakan Twitter for Blackberry.

Kamis, 03 Maret 2011

Ngakak, Soal Balasan Untuk Guru Yang Dibenci

Ada seorang murid bernama Tarom, dia pintar semua mata pelajaran, kecuali pelajaran Fisika, sehingga ketika ada pelajaran Fisika dia selalu ditanya oleh gurunya. Saat itu pelajaran mengenai Suhu.

Guru : “Rom, apa arti F, C, R dan K?”

Tarom : “(Setelah berpikir cukup lama) Tidak tahu pak…”

Guru : “Dasar bodoh! itu adalah Farenheit, Celcius, Reamur dan Kelvin.”

Tarom : “Kok bisa?”

Guru : “Lihat saja buku paketmu!”

Murid-murid : “Hhuuuuuuu……!”

Mulai hari itu Tarom berencana untuk balas dendam. Suatu hari waktu membaca buku porno milik pak guru yang dia sembunyikan, Tarom mendapat ide, “Siiiip… kebetulan besok ada Fisika!”, pikirnya. Keesokan harinya.

Tarom : “Pak, bapak kan sering memberi pertanyaan pada saya, sekarang gantian saya yang memberi pertanyaan pada bapak, bagaimana?”

Guru : “Siapa takut!”

Tarom : “Tolong jabarkan (A – AH)(DI / cos A) (1x)(- TA) (2x)”

Guru : “Memangnya rumus apaan tuh!!!…”

Tarom : “Bapak nggak tahu kan?”

Guru : (Menggelengkan kepala)

Tarom : “Itu sih kecil.. Rumus itu penjabarannya AMINAH DIPERKOSA 1X MINTA 2X”

Guru : “Kok bisa???”

Tarom : “Lihat aja dibuku porno Bapak…!!!”

Guru : “GEEEERRRRR!!!…”

Rabu, 02 Maret 2011

4 Calon Ketum PSSI Bahagiakan Rakyat Indonesia

Empat Calon Ketua PSSI, George T, Nirwan B, Nurdin H, Arifin P,, sedang dalam perjalanan di pesawat terbang.
Ditengah perjalanan Arifin berkata, "saya akan buat 1 orang Indonesia Bahagia!" Dan ia melempar 1 lembar uang Rp. 100 ribuan keluar pesawat terbang.

Tak berapa lama Nirwan berkata, "saya akan buat 5 orang bahagia!" Sambil melempar 5 lembar uang Rp. 100 ribuan keluar

Tak mau kalah Nurdin jg berkata, "saya akan buat 500 orang bahagia!" Lantas ia melempar 500 lembar uang Rp. 100 ribuan keluar pesawat.


Setelah berapa lama terdiam George Toisutta berdiri dan berkata, "Saya akan membuat SELURUH rakyat Indonesia bahagia!!" Dan ia melempar Nurdin keluar pesawat

Selasa, 01 Maret 2011

Lirik Lagu SM#SH OVJ - Cenat Cenut

Ce ce ce cenat cenut... 2x

Aku tahu kenapa hatiku cenat cenut
Mungkin saat itu kau sedang kentut

Aku tahu kenapa kau jadi malu
Mungkin kau salah, salah pake baju (baju mertua)

Ku tahu kenapa lidahmu kelu
Mungkin saat itu kau telat minum susu.. mowww..

Aku tahu kenapa merinding bulu romamu
Mungkin di belakangmu ada anak hantu
............
Bibirmu dower... Bibirmu dower...
Cenat cenut cenat cenut, kayak badut kayak badut
Kalo lagi ngerayu cewek

Bibirmu dower... Bibirmu dower..
Cenat cenut cenat cenut, kayak marmut kayak marmut
Kalo lagi ngerayu cewek.

((adegan lucu-lucuan))

Kamu tau gak, kapan kau dan dia bertemu
Kayaknya waktu itu pas mati lampu

Sampe lu gak liat yang ada di depan lu
Akhirnya lu malah kejedot pintu

Hati hati ada anjing yang lagi nungguin kamu
Bisa bisa nanti juga ke penghulu lu
Betul betul betul...

Lepaskan semua beban dan gundah di hatimu
Lagu ini cuma buat lucu lucu
..........................
Bibirmu dower.. Bibirmu dower....
Cenat cenut cenat cenut, kayak badut kayak badut
Kalo lagi ngerayu cewek

Bibirmu dower... Bibirmu dower.....
Cenat cenut cenat cenut, kayak marmut kayak marmut
Kalo lagi ngerayu cewek.

Lagu ini tercipta hanya khusus buat kamu-kamu
Yang suka dower bibirnya
Kalo lihat cewek, merasa dirinya asyik padahal ngak ada isi
Jangan diambil hati

Bibirmu dower. Bibirmu dower..
Cenat cenut cenat cenut.. kayak badut kayak badut
Kalo lagi ngerayu cewek

Bibirmu dower.. Bibirmu dower..
Cenat cenut cenat cenut kayak marmut kayak marmut
Kalo lagi ngerayu cewek.

Hebat, Indonesia Mampu Menangkis Serangan CIA

DERETAN pulau-pulau yang kini dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, sejak dulu memang strategis. Situasi tersebut semakin bermakna ketika dunia dilanda Perang Dingin antara Blok Barat melawan Blok Timur sesudah Perang Dunia II berakhir. Blok Barat, dipimpin Amerika Serikat, pada setiap kesempatan berusaha membendung kemajuan pengaruh Blok Timur (termasuk juga paham komunisme) yang berada dalam kendali Uni Soviet.

Kebijakan itu dilakukan AS, setelah mereka kecolongan, karena sesudah AS dan Uni Soviet bersekutu dalam menggempur Jerman dan Jepang, justru pihak komunis yang memetik keuntungan, menguasai Eropa Timur, separo Jerman serta seluruh Cina daratan.

Dwight Eisenhower, pensiunan jenderal bintang lima, mantan Panglima Besar Sekutu di Eropa, tahun 1953 terpilih sebagai Presiden AS. Sejak hari pertama berkantor di Gedung Putih, Eisenhower yang lebih dikenal dengan panggilan Ike, merasa punya tugas menghancurkan komunisme.
Sedangkan untuk membendung pengaruh Cina komunis di Asia Tenggara, Ike dihadapkan kepada dilema. Apakah dia harus membiarkan Indonesia tetap bersatu, tetapi di bawah pengaruh komunis? Ataukah, memecah-belah negara tersebut, namun sebagian mungkin bisa dia tempatkan dalam kekuasaan nonkomunis?

Tentu saja, analisa di atas sekadar spekulasi.

Komunis belum berkuasa dan Indonesia masih berada di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Tetapi, melihat meluasnya pengikut PKI setelah Pemilu 1955, ditambah munculnya ajakan Bung Karno kepada PKI masuk dalam pemerintahan, dilengkapi kenyataan AS tidak bisa menjadikan Bung Karno sebagai bonekanya, Ike lebih suka merancang skenario memecah-belah Indonesia.

Bung Karno yang dinilai akan segera jatuh ke kubu pengaruh komunis, harus digoyang dan kalau mungkin dilengserkan. Kebijakan yang digariskan Ike tersebut segera dilaksanakan dengan bersemangat oleh dua bersaudara Dulles: Menteri Luar Negeri John Foster Dulles bersama Allen Dulles, Direktur CIA, dinas rahasia AS.

Maka, mulailah kebijakan meng-obok-obok Indonesia. Antara lain dengan mengalirkan dana, personel, berikut peralatan militer, menunjang pemberontakan PRRI/Permesta.

***
BUKU Feet of the Fire karya bersama Kenneth Conboy & James Morrison dengan rinci mengungkapkan operasi rahasia CIA dalam menggoyang kekuasaan Bung Karno tahun 1957-1958. Operasi militer itu berupaya menyingkirkan rezim yang sedang tidak disukai AS dan menggantikannya dengan penguasa boneka.

Ada dalil terkenal dari Menlu Dulles, "...jika Anda bukan rekan, pasti musuh." Dalam prespektif ini, dinas rahasia AS CIA pada khususnya dan juga pemerintahan Eisenhower pada umumnya, tanpa sadar justru meminjam taktik komunis, menghalalkan segala macam cara. Hal itu diperburuk oleh batasan luas tentang apa yang mereka sebut komunis. Ke dalam batasan itu kemudian tercakup semua kelompok kiri, gerakan revolusioner, dan juga kaum nasionalis yang tidak mau diajaknya.
Pada sisi lain harus dipahami, mengapa meletus pemberontakan PRRI/Permesta?

Isu yang dipakai untuk memulai pemberontakan adalah kurangnya perhatian pemerintah pusat di Jakarta kepada persoalan daerah. Arus besar pemikiran menentang Jakarta ini dilengkapi sejumlah sentimen pribadi, dan juga kekalahan politik pada Pemilu 1955.

Adalah sangat menarik untuk mengkaji Pemilu 1955. Sampai hari ini para pengamat tetap menyebutkan, itulah pemilu paling demokratis yang pernah terselenggara di Indonesia.

Perlu diingat, pada pemilu tersebut, untuk pertama kalinya PKI tampil sebagai partai terbesar keempat. Sementara kita tidak bisa melupakan, CIA sudah pernah memberikan dana rahasia sebesar satu juta dollar AS kepada salah satu partai peserta pemilu, sebagai upaya membendung kemenangan PKI.

Maka pertanyaannya, apakah dana rahasia dari CIA telah dikorup oleh para elite parpol bersangkutan? Ataukah, PKI lebih pandai dalam menjual gagasan, menawarkan ide serta memberikan impian, sehingga berhasil merebut massa dalam jumlah di luar dugaan?

Kemenangan dalam pemilu yang demokratis ini ternyata dijawab dengan aksi nondemokratis. Dengan dalih Indonesia tidak boleh dibiarkan jatuh ke kubu komunis, CIA segera melancarkan operasi rahasia dengan memanfaatkan munculnya pergolakan di daerah dan tampilnya sejumlah kolonel pembangkang yang kebetulan panglima militer di daerah bergolak.

Akhirnya, sesudah menelan korban ribuan orang tewas, baik pada rakyat biasa, para pemberontak dan juga tentara pusat, operasi rahasia CIA untuk mendukung pemberontakan PRRI/ Permesta mengalami kegagalan memalukan.


***
OPERASI tersebut mengerahkan sejumlah tenaga ahli CIA untuk memberikan latihan perang dan mendampingi pertempuran di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Menyelenggarakan pelatihan di Saipan, mengalirkan perbekalan militer, menebar uang rupiah palsu, mengirim kapal selam, pesawat terbang dan juga para penerbang tempur. Bahkan, CIA merekrut para veteran perang asal Polandia, Taiwan, dan Filipina, untuk membantu memenangkan perang kotor mereka.

Dengan melakukan wawancara kepada para pelaku dari kedua sisi serta memanfaatkan beragam dokumen yang selama ini dirahasiakan, kisah petualangan CIA di Indonesia tampil lebih jernih. Buku ini juga menyoroti kemampuan tempur para pemberontak yang segera kedodoran meski memiliki persenjataan jauh lebih baik daripada pasukan pusat.

Terjadilah perpecahan antara para politisi sipil dan kaum militer di kubu pemberontak. Para politisi mencoba meneruskan perjuangan lewat aliansi dengan gerakan Darul Islam (DI) di Aceh dan Sulawesi Selatan dengan membentuk Republik Persatuan Indonesia (RPI). Sementara para pemberontak eks militer menolak kerja sama semacam ini, sebab beberapa tahun sebelumnya, mereka adalah penumpas gerakan separatis.

Secara plastis buku ini melukiskan AH Nasution yang sedang kekurangan pasukan, Ahmad Yani tidak punya peta pendaratan, dan Benny Moerdani yang belum pernah mengikuti latihan terjun payung. Dengan segala keterbatasan, mereka itu nekat menumpas pemberontakan.

Diulas juga tentang nasib tragis Kawilarang. Teman satu kelas Nasution ini tidak pernah berniat memberontak dan tak mau menerima bantuan CIA, tetapi di sisi lain dia tidak rela tanah leluhurnya dihancurkan.

Bahwa CIA berminat menggoyang Bung Karno memang bukan sekadar analisa. Tetapi, bagaimana mereka bisa leluasa campur tangan di Indonesia?

Jawabannya mungkin dilihat dari perundingan Ahmad Husein dan Ventje Sumual dengan Foster Collins, agen CIA di Singapura.

Sayang, buku ini tidak banyak menyinggung peran para politisi sipil pendukung pemberontakan. Satu-satunya yang dikisahkan agak rinci hanya peran Sumitro Djojohadikusumo. Tokoh ini bukan hanya ikut dalam pertemuan di Sungai Dareh (ketika para pemberontak merancang pembangkangan), tetapi dia juga yang aktif melakukan shopping persenjataan sejak dari Eropa Barat sampai Taiwan.

Kini, semua peristiwa dalam buku ini, tinggal menjadi sebuah catatan sejarah. Hikmah yang bisa dipetik adalah pelajaran bahwa setiap boneka, hanya akan bisa berkiprah kalau sedang dimainkan oleh sang dalang. Begitu pihak dalang, CIA dan Pemerintah AS menarik dukungannya, maka hari-hari akhir pemberontakan PRRI/Permesta tinggal dihitung dengan jari.
Tragisnya, kebijakan AS ternyata bisa berubah dengan mendadak. (Julius Pour)